Friday, November 23, 2012

Normalisasi Data Base

Ketika kita merancang suatu basis data untuk suatu sistem relational, prioritas utama dalam mengembangkan model data logical adalah dengan merancang suatu representasi data yang tepat bagi relationship dan constrainnya (batasannya).Kita harus mengidentifikasi suatu set relasi yang cocok, demi mencapai tujuan di atas. Tehnik yang dapat kita gunakan untuk membantu mengidetifikasi relasi-relasi tersebut dinamakan Normalisasi.

Proses normalisasi pertama kali diperkenalkan oleh E.F.Codd pada tahun 1972. Normalisasi sering dilakukan sebagai suatu uji coba pada suatu relasi secara berkelanjutan untuk menentukan apakah relasi tersebut sudah baik atau masih melanggar aturan-aturan standar yang diperlakukan pada suatu relasi yang normal (sudah dapat dilakukan proses insert, update, delete, dan modify pada satu atau beberapa atribut tanpa mempengaruhi integritas data dalam relasi tersebut).

Proses normalisasi merupakan metode yang formal/standar dalam mengidentifikasi dasar relasi bagi primary keynya (atau candidate key dalam kasus BCNF), dan dependensi fungsional diantara atribut-atribut dari relasi tersebut. Normalisasi akan membantu perancang basis data dengan menyediakan suatu uji coba yang berurut yang dapat diimplementasikan pada hubungnan individualshingga skema relasi dapat di normalisasi ke dalam bentuk yang lebih spesifik untuk menghindari terjadinya error atau inkonsistansi data, bila dilakuan update tehadap relasi tersebut dengan Anomaly.

BEBERAPA DEFINISI NORMALISASI

Normalisasi adalah suatu proses memperbaiki / membangun dengan model data relasional, dan secara umum lebih tepat dikoneksikan dengan model data logika.
Normalisasi adalah proses pengelompokan data ke dalam bentuk tabel atau relasi atau file untuk menyatakan entitas dan hubungan mereka sehingga terwujud satu bentuk database yang mudah untuk dimodifikasi.
Normalisasi dapat berguna dalam menjawab 2 pertanyaan mendasar yaitu: “apa yang dimaksud dengan desain database logical?” dan “apa yang dimaksud dengan desain
database fisikal yang baik? What is phisical good logical database design?”.
Normalisasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi “tabel” kelompok atribut yang memiliki ketergantungan yang sangat tinggi antara satu atribut dengan atrubut lainnya.
Normalisasi bisa disebut jga sebagai proses pengelompokan atribut-atribut dari suatu
relasi sehingga membentuk WELL STRUCTURED RELATION.

WELL STRUCTURED RELATION
adalah sebuah relasi yang jumlah kerangkapan datanya sedikit (Minimum Amount Of Redundancy), serta memberikan kemungkinan bagi user untuk melakukan INSERT, DELETE, MODIFY, terhadap baris-baris data pada relasi tersebut, yang tidak berakibat terjadinya ERROR atau INKONSISTENSI DATA, yang disebabkan oleh operasi-operasi tersebut.

Contoh:

Terdapat sebuah relasi Mahasiswa, dengan ketentuan sebagai berikut.
Setiap Mahasiswa hanya boleh mengambil satu mata kuliah saja.
Setiap matakuliah mempunyai uang kuliah yang standar (tidak tergantung pada mahasiswa yang mengambil matakuliah tersebut).



Relasi Kuliah di atas merupakan sebuah relasi yang sederhana dan terdiri dari 3 kolom / atribut. Bila diteliti secara seksama, maka akan ditemukan redundancy pada datanya, dimana biaya kuliah selalu berulang pada setiap mahasiswa. Akibatnya besar kemungkinan terjadi error atau inkonsistensi data, bila dilakukan update terhadap relasi tersebut dengan Anomaly.

Anomaly merupakan penyimpangan-penyimpangan atau error atau inkonsistensi data yang terjadi pada saat dilakukan proses delete, insert ataupun modify dalam suatu basis data.


MACAM-MACAM PENYIMPANGAN (ANOMALY)


  • INSERTION ANOMALY

Insertion Anomaly, merupakan error atau kesalahan yang terjadi sebagai akibat dari operasi menyisipkan (insert) tuple / record pada sebuah relasi.
Contoh: ada matakuliah baru (CS-600) yang akan diajarkan, maka matakuliah\ tersebut
tidak bisa di insert / disisipkan ke dalam Relasi Kuliah di atas sampai ada mahasiswa
yang mengambil matakuliah tersebut.

  • DELETE ANOMALY

Delete Anomaly merupakan error atau kesalahan yang terjadi sebagai akibat operasi
penghapusan (delete) terhadap tupe / record dari sebuah relasi.
Contoh: mahasiswa dengan NIM 92425 (pada Relasi Kuliah di atas), memutuskan untuk batal ikut kuliah CS-400, karena ia merupakan satu-satunya peserta matakuliah tersebut, maka bila record / tuple tersebut dihapus / delete akan berakibat hilangnya informasi bahwa mata kuliah CS400, biayanya 150.

  • UPDATE ANOMALY

Update Anomaly merupakan error atau kesalahan yang terjadi sebagai akibat oerasi perubahan (update) tuple / record dari sebuah relasi.
Contoh: biaya kuliah untuk matakuliah CS-200 (pada relasi kuliah di atas) akan dinaikkan dari 75 menjadi 100, maka harus dilakukan beberapa kali modifikasi terhadap record-record atau tuple-tuple mahasiswa yang mengambil matakuliah CS-200 tersebut,agar data teap konsisten.

Berdasarkan teori normalisasi (yang akan dibahas kemudian),maka relasi kuliah di atas harus dipecah menjadi 2 relasi terpisah sebagai berikut.



PROBLEM-PROBLEM PADA RELASI YANG SUDAH DINORMALISASI


  • PERFORMANCE PROBLEM

Contoh: sebelum normalisasi untuk menghasilkan listing data seperti pada relasi kuliah, dapat digunakan instruksi sintaks SQL sebagai berikut.
SELECTION * FROM KULIAH;

Setelah dinormalisasi untuk menghilangkan listing data-data yang sama, harus terlebih dahulu menggabungkan tuple-tuple dari relasi Kuliah_Mahasiswa dengan tuple-tuple Kuliah_Biaya, dengan menggunakan perintah SQL sebagai berikut.
SELECTION NIM KULIAH_BIAYA.KODE-MTK, BIAYA FORM KULIAH_MAHASISWA, KULIAH_BIAYA WHERE KULIAH_MAHASISWA.KODE-MTK = KULIAH_BIAYA.KODE-MTK

Dimana hasil yang diperoleh sama, tetapi waktu eksekusi akan lebih lama.

  • REFENTIAL INTEGRITY PROBLEM

Berupa Maintenance Consistency Of Reference antara dua buah elemen yang terkait.
Contoh: mengacu kepada relasi Kuliah_Mahasiswa dan Kuliah_Biaya
Jangan menambah record baru pada relasi Kuliah_Mahasiswa, kecuali Kode_Mtk untuk record baru tersebut sudah terdapat di relasi Kuliah_Biaya.
Jangan menghapus (delete) record pada relasi Kuliah_Biaya bila masih terdapat record-record yang berada pada relasi Kuliah_Mahasiswa, memiliki Kode_Mtk yang mana value Kode_Mtk akan ikut dihapus.

FUNCTIONAL DEPENDENCIES (KETERGANTUNGAN KETERGANTUNGAN FUNGSIONAL)
Salah satu konsep utama yang berhubungan dengan normalisasi adalah functional dependency (ketergantungan fungsional). Suatu ketergantungan fungsional menggambarkan relationship/hubungan di antara atribut-atribut.

  • FUNCTIONAL DEPENDENCY (KETERGANTUNGAN FUNGSIONAL)

Functional dependency (ketergantungan fungsional) menggambarkan relationship/hubungan antara atribut-atribut dengan relasi. Sebagai contoh: Jika A dan B adalah atribut-atribut dari relasi R. B dikatakan functionally dependent (bergantungan fungsional) terhadap A (dinotasikan dengan A B), jika masing-masing nilai dari A dalam relasi R berpasang-an secara tepat dengan satu nilai dari B dalam relasi R.
Ketergantungan antara atribut-atribut A dengan B dapat dilihat pada gambar 9.1 dibawah ini.



  • DETERMINANT
Determinan dari suatu functional dependency (ketergantungan fungsional) menunjuk/ mengarahkan ke atribut atau kelompok atribut-atribut yang berbeda pada sebelah kiri anak panah gambar 9.1 di atas.
Ketika terdapat suatu functional dependency (ketergantungan fungsional) atribut atau group atribut-atribut di sebelah kiri anak panah dinamakan determinan. Pada gambar 9.1 ditunjukkan bahwa A adalah determinan dari B. Sebagai contoh kasus dapat dilihat pada tabel (tabel 9.3 Relasi/Tabel Staff_Cabang) di bawah ini.



Berdasarkan tabel 9.3 di atas kita dapat membuat beberapa diagram yang menunjukkan functional dependency (gambar 9.2 (a)), dan diagram yang bukan functional dependency (gambar 9.2 (b)).



Kardinalitas relasi antara NIK dan Jabatan adalah 1:1 untuk pasangan masing-masing staff number hanya memiliki satu pasangan. Kardinalitas relasi antara Jabatan dan NIK adalah 1: M, dimana terdapat beberapa staff number yang berasosiasi/berelasi dengan Jabatan. Pada kasus ini NIK adalah determinan dari ketergantungan fungsional dari relasi Staff_Cabang sebagai berikut.
  • NIK Nama
  • NIK Alamat
  • NIK Jabatan
  • NIK Gaji
  • NIK Kd_Cabang
  • NIK Alamat_Cabang
  • NIK No_Telpon
  • Kd-Cabang Alamat_Cabang
  • Kd_Cabang No_Telpon
  • Alamat_Cabang Kd_Cabang
  • No_Telpon Kd_Cabang

Terdapat 11 ketergantungan fungsional dalam relasi Staff_Brach dengan NIK, Brach_No, Alamat_Cabang, dan No_Telpon sebagai determinan. Bentuk alternatif/lain yang dapat ditunjukkan/dibuatkan untuk ketergantungan fungsional seperti di atas sebagai berikut.

  • NIK  Nama, Alamat, Jabatan, Gaji, Kd_Cabang, Alamat_Cabang, No_Telpon
  • Kd_Cabang Alamat_Cabang, No_Telpon
  • Alamat_Cabang Kd_Cabang
  • No_Telpon Kd_Cabang

Candidate Key untuk relasi Staff_Cabang dapat diidentifikasi dengan mengetahui/mengenal atribut (kelompok atribut-atribut) yang lebih uniq pada masing-masing baris dalam relasi tersebut. Jika relasi tersebut memiliki lebih dari satu candidate key, maka kita lakukan identifikasi candidate key yang dapat ditentukan sebagai primary key dari relasi tersebut yang lebih uniq, lebih sederhana, dan lebih sering digunakan.
Seluruh atribut yang bukan primary (tidak terpilih sebagai primary key) harus bergantung fungsional (functionally dependent) pada primary key tersebut. Konsep dari functional dependency (ketergantungan fungsional) merupakan dasar untuk dapat melakukan proses normalisasi.



LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN NORMALISASI

  • BENTUK TIDAK NORMAL (UNNORMALIZED FORM)

Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada keharusan mengikukti format tertentu, dapat saja data tidak lengkap atau terduplikasi. Data dikumpulkan apa adanya sesuai dengan saat menginput.





Dari tabel di Pelanggan Biaya (Tabel 9.3) di atas terdapat multiple value pada beberapa atributnya. Misalkan terdapat dua (2) nilai untuk No_Property yaitu PG4 dan PG16 untuk Nama Pelanggan (Nama) Badi. Untuk mentransformasikan tabel yang belum ternomalisasi di atas menjadi tabel yang memenuhi kriteria 1NF adalah kita harus merubah seluruh atribut yang multivalue menjadi atribut single value, dengan cara menghilangkan repeating group pada tabel di atas.

Repeating Group (elemen data berulang) adalah (No_Property, Alamat_Property, Tgl_Pinjam, Tgl_Selesai, Biaya, No_Pemilik, Nama_Pemilik)

BENTUK NORMAL KE SATU (FIRST NORMAL FORM / 1 NF)

Pada tahap ini dilakukan penghilangan beberapa group elemen yang berulang agar menjadi satu harga tunggal yang berinteraksi di antara setiap baris pada suatu tabel, dan setiap atribut harus mempunyai nilai data yang atomic (bersifat atomic value). Atom adalah zat terkecil yang masih memiliki sifat induknya, bila terpecah lagi maka ia tidak memiliki sifat induknya.

Syarat normal ke satu (1-NF) antara lain:
  1. Setiap data dibentuk dalam flat file, data dibentuk dalam satu record demi satu record nilai dari field berupa “atomic value”.
  2. tidak ada set atribute yang berulang atau bernilai ganda.
  3. telah ditentukannya primary key untuk tabel / relasi tersebut.
  4. tiapatribut hanya memiliki satu pengertian.

Langkah pertama yang dilakukan pada Tabel Pelanggan Biaya (pada Tabel 9.3) tersebut adalah menghilangkan elemen data yang berulang dengan data-data Pelanggan yang sesuai pada setiap baris. Hasil dari tabel yang telah memenuhi bentuk normal pertama dapat dilihat pada Tabel 9.4. kita dapat mengidentifikasi primary key untuk relasi Pelanggan_Biaya yang masih memiliki composite key (No_Pelanggan, No_Property). Pada kasus ini kita akan memperoleh primary key yang bersifat compositekey.

Relasi Pelanggan_Biaya dapat didefinisikan sebagai berikut. Pelanggan_Biaya = (No_Pelanggan, No_Property, Nama, Alamat_Property, Tgl_Pinjam, Tgl_Selesai, Biaya, No_Pemilik, Nama_Pemilik)




BENTUK NORMAL KE DUA(SECOND NORMAL FORM /2 NF)

Bentuk normal kedua didasari atas konsep full functional dependency (ketergantungan fungsional sepenuhnya) yang dapat didefinisikan sebagai berikut. Jika A adalah atribut-atribut dari suatu relasi, B dikatakan full functional dependency (memiliki ketergantungan fungsional terhadap A, tetapi tidak secara tepat memiliki ketergantungan fungsional dari subset (himpunan bagian) dari A.

  • FULL FUNCTIONAL DEPENDENCY (Ketergantungan Fungsional Sepenuhnya)

Suatu ketergantungan fungsional A →B adalah ketergantungan fungsional sepenuhnya, jika perpindahan beberapa atribut dari A menghasilkan tepat satu pasangan pada atribut B. Suatu ketergantungan fungsional A →B adalah ketergantungan fungsional sebagian, jika ada beberapa atribut yang dapat dihilangkan dari A sementara ketergantungan tersebut tetap berlaku /berfungsi.

Sebagai contoh dapat dilihat pada suatu ketergantungan fungsional di bawah ini.
NIK, Nama →Kd_Cabang.
Dari kasus di atas dapat dikatakan bahwa masing-masing nilai dari NK, Nama berasosiasi/berelasi dengan nilai tunggal dari Kd_Cabang. Dengan demikian, relasi di atas tidak memiliki ketergantungan fungsional sepenuhnya (full funcional dependency), karena Kd_Cabang juga masih memiliki ketergantungan fungsional pada himpunan bagian dari (NIK, Nama). Dengan kata lain, Kd_Cabang adalah Full functional dependecy hanya pada NIK.

Bentuk normal kedua memungkinkan suatu relasi memiliki composite key, yaitu relasi dengan primary key yang terdiri dari dua atau lebih atribyut. Suatu relasi yang memiliki sigle atribut untuk primary keynya secara otomatis pada akhirnya menjadi 2-NF. Syarat normal kedua (2-NF) sebagai berikut.

  1. Bentuk data telah memenuhi kriteria bentuk normal kesatu.
  2. Atribute bukan kunci (non-key) haruslah memiliki ketergantungan fungsionla sepenuhnya (fully functional dependency) pada kunci utama / primary key.

Dengan demikian untuk membentuk normal kedua haruslah sudah ditentukan primary keynya. Primary key tersebut haruslah lebih sederhana, lebih unik, dapat mewakili atribute lain yang menjadi anggotanya, dan lebih sering digunakan pada tabel / relasi tersebut.

Langkah pertama kita harus mengidentifikasi ketergantungan fungsional dalam relasi Pelanggan_Biaya, sebagai berikut.
  • No_Pelanggan, No_Property →Tgl_Pinjam, Tgl_Selesai
  • No_Pelanggan →Nama
  • No_Property →Alamat_Property, Biaya, No_Pemilik, Nama_Pemilik
  • No_Pemilik → Nama_Pemilik

Gambar 9.2 di bawah ini akan mengilustrasikan ketergantungan fungsional yang berada dalam relasi Pelanggan_Biaya.
Berdasarkan Functional Dependency (Ketergantungan Fungsional) relasi Pelanggan_Biaya pada gambar 9.2 di atas, maka dapat dilihat beberapa kondisi sebagai berikut.

  1. Primary key pada Pelanggan_Biaya di atas adalah No_Pelanggan, dan No_Property.
  2. Atribut Pelanggan (Nama) hanya memiliki (partially dependency) ketergantungan pada sebagian / pada salah satu primary key di relasi Pelanggan_Biaya yaitu hanya atribut No_Pelanggan.
  3. Sementara atribut-atribut property (Alamat_property, Biaya, No_Pemilik,Nama_Pemilik), juga hanya memiliki (partially dependency) ketergantungan pada sebagian / pada salah satu primary key di relasi Pelanggan_Biaya yaitu hanya atribut No_Property.
  4. Atribut-atribut Biaya Property (Tgl_Pinjam, Tgl_Selesai), memiliki (fully dependent) tergantung sepenuhnya pada semua primary key di relasi Pelanggan_Biaya yaitu atribut No_Pelanggan, dan No_Property.
  5. Pada gambar 9.2 di atas juga menunjukkan sebuah (transitive dependency) ketergantungan transitif terhadap primary key, namun hal itu tidak akan melanggar ketentuan pada normalisasi ke dua (2-NF). Ketergantungan transitive akan dihilangkan pada normalisasi ketiga (3-NF).
Seluruh identifikasi yang dilakukan pada point 1 sampai 4 di atas menunjukkan bahwa relasi Pelanggan_Biaya di atas belum memenuhi kriteria bentuk normal ke dua (2-NF). Kita perlu membuat beberapa relasi Pelanggan_Biaya di atas ke dalam bentuk normal ke dua (2-NF), agar seluruh atribut non-key (yang bukan primary key) dapat memiliki ketergantungan sepenuhnya (full functionally dependent) terhadap primary key.
Ketiga buah relasi tersebut dapat ditulis dalam bentuk ini.

  1. Relasi / Tabel Pelanggan dengan atribut-atribut: No_Pelanggan, Nama. {No_Pelanggan berfungsi sebagai primary key pada tabel / relasi tersebut}.
  2. Relasi / Tabel Biaya dengan atribut-atribut: No_Pelanggan, No_Property,Tgl_Pinjam, Tgl_Selesai. {No_Pelanggan dan No_Property berfungsi sebagai primary key pada tabel / relasi tersebut}.
  3. Relasi / Tabel Property_Pemilik dengan atribut-atribut: No_Property, Alamat_Property, Biaya, No_Pemilik, Nama_Pemilik. { No_Property berfungsi sebagai priamry key pada tabel / relasi tersebut}.

Tabel / Relasi yang telah memenuhi kriteria normal ke dua (2-NF) adalah sebagai berikut.




BENTUK NORMAL KE TIGA (THIRD NORMAL FORM / 3 NF)
Walaupun relasi 2-NF memiliki redudansi yang lebih sedikit dari pada relasi 1-NF, namun relasi tersebut masih mungkin mengalami kendala bila terjadi anomaly peremajaan (update) terhadap relasi tersebut.
Misalkan kita akan melakukan update terhadap nama dari seorang Pemilik (pemilik), seperti Durki (No_Pemilik: CO93), kita harus melakukan update terhadap dua baris dalam relasi Property_Pemilik (lihat Tabel 9.5, (c) relasi Property_Pemilik). Jika kita hanya mengupdate satu baris saja, sementara baris yang lainnya tidak, maka data di dalam database tersebut akan inkonsisten / tidak teratur. Anomaly update ini disebabkan oleh suatu ketergantungan transitif (transitive dependency). Kita harus menghilangkan ketergantungan tersebut dengan melakukan normalisasi ketiga (3-NF).

Transitive Dependency (ketergantungan transitif)
Suatu kondisi dimana A, B, dan C adalah atribut-atribut dari suatu relasi sedemikian sehingga A B dan B C, maka A C (C memiliki ketergantungan transitif terhadap A melalui B), dan harus dipastikan bahwa A tidak memiliki ketergantungan fungsional (functional dependent) terhadap B atau C).
Sebagai contoh dapat dilihat ketergantungan fungsional yang ditunjukkan pada relasi Staff_Brach di Tabel 9.3 sebagai berikut. NIK Kd_Cabang dan Kd_ Cabang Alamat_Cabang

Dapat dilihat ketergantungan transitif NIK Alamat_Cabang dapat terjadi melalui atribut Kd_Cabang.
Syarat normal ketiga (Third Normal Form / 3 NF) sebagai berikut.

  • Bentuk data telah memenuhi kriteria bentuk normal kedua.
  • Atribute bukan kunci (non-key) harus tidak memiliki ketergantungan transitif, dengan kata lain suatu atribut bukan kunci (non_key) tidak boleh memiliki ketergantungan fungsional (functional dependency) terhadap atribut bukan kunci lainnya, seluruh atribut bukan kunci pada suatu relasi hanya memiliki ketergantungan fungsional terhadap priamry key di relasi itu saja.

Sebagai contoh kita dapat melihat beberapa ketergantungan fungsional (functinal dependencies) pada relasi Pelanggan, Biaya, dan Property_Pemilik berikut ini.
  • Relasi / Tabel Pelanggan terdiri dari atribut-atribut:
    No_Pelanggan Nama {No_Pelanggan sebagai primary key}
  • Relasi / Tabel Biaya terdiri dari atribut-atribut:
    No_Pelanggan, No_property Tgl_Pinjam, Tgl_Selesai{No_Pelanggan, dan No_property sebagai primary key}
  • Relasi / Tabel Property_Pemilik terdiri dari atribut-atribut
    No_property Alamat_Property, Biaya, No_Pemilik, Nama_Pemilik,No_Pemilik Nama_Pemilik{No_property sebagai primary key}

Seluruh atribut non-primary key pada relasi Pelanggan dan Biaya di atas terlihat memiliki ketergantungan fungsional (functional dependency) terhadap primary key dari masing-masing tabel / relasi. Relasi / tabel Pelanggan dan Biaya di atas tidak memiliki ketergantungan transitif (transitive dependency), sehingga tabel tersebut telah memenuhi kriteria normal ketiga (3-NF).

Seluruh atribut non-primary key pada relasi Property_Pemilik di atas terlihat memiliki ketergantungan fungsional (functional dependency) terhadap primary key, kecuali Nama_Pemilik yang masih memiliki ketergantungan fungsional (functional dependency) terhadap No_Pemilik. Inilah contoh ketergantungan dari transitif (transitive dependency), yang terjadi ketika atribut non-primary key (Nama_Pemilik) bergantung secara fungsi terhadap satu atau lebih atribut non-primary key lainnya (No_Pemilik). Kita harus menghilangkan ketergantungan transitif (transitive dependency) tersebut dengan menjadikan relasi Property_Pemilik menjadi 2 relasi / tabel dengan format / bentuk sebagai berikut.

  • Relasi / Tabel Property_Untuk_Pemilik yang terdiri dari atribut-atribut:
    No_property Alamat_Property, Biaya, No_Pemilik{No_property sebagai primary key}

  • Dan relasi Pemilik yang terdiri dari atribut-atribut:
    No_Pemilik Nama_Pemilik{No_Pemilik sebagai primary key}

Bila digambarkan ke dalam tabel menjadi seperti berikut ini.





Kita dapat membuat suatu diagram dekomposisi yang akan menjelaskan proses / tahapan uji normalisasi dari bentuk normal kesatu sampai dengan normal ketiga pada relasi Pelanggan_Biaya seperti pada gambar 9.5



Hasil akhir normalisasi tabel Pelanggan_Biaya sampai ke bentuk normal ketiga adalah sebagai berikut.


BOYCE-CODDNORMALFORM (BCNF)

Suatu relasi dalam basis data harus dirancang sedemikian rupa sehingga mereka tidak memiliki ketergantungan sebagian (partial dependecy), maupun ketergantungan transitif (transitive dependecy), seperti telah dibahas pada subbab sebelumnya. Boyce-Codd Normal Form (BCNF) didasari pada beberapa ketergantungan fungsional (functional dependencies) dalam suatu relasi yang melibatkan seluruh candidate key di dalam relasi tersebut. Jika suatu relasi hanya memiliki satu candidate
key, maka hasil uji normalisasi sampai ke bentuk normal ketiga sudah identik dengan Boyce-Codd Noormal Form (BCNF).

Suatu relasi dikatakan telah memenuhi kriteria Boyce-Codd Normal Form (BCNF), jika dan hanya jika setiap determinan adalah suatu candidate key. Boyce-Codd Normal Form (BCNF) tidak mengharuskan suatu relasi harus sudah dalam bentuk normal ketiga (3-NF), baru bisa di buatkan ke dalam BCNF. Oleh karena itu untuk melakukan uji BCNF kita hanya mengidentifaksi seluruh determinan yang ada pada suatu relasi, lalu pastikan determinan-determinan tersebut adalah candidate key. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa BCNF lebih baik dari bentuk normal ketiga (3-NF), sehingga setiap relasi di dalam BCNF juga merupakan relasi dalam 3-NF, tetapi
tidak sebaliknya, suatu relasi di dalam 3-NF belum tentu merupakan relasi di dalam
BCNF.

Sebelum kita berlanjut pada contoh kasus berikutnya, mari kita lihat kembali relasi Pelanggan, Biaya, Property_Untuk_Pemilik, dan Pemilik (pada tabel 9.8 di atas). Keempat relasi di atas sudah dalam bentuk BCNF, di mana masing-masing relasi memiliki hanya memiliki satu determinan yaitu candidate keynya, walaupun relasi Biaya kenyataannya memiliki3 determinan yaitu (No_Pelanggan, No_Property), (No_Pelanggan, Biaya), dan 9(No_Property, Tgl_Pinjam) seperti terlihat di bawah ini.

No_Pelanggan, No_Property →Tgl_Pinjam, Tgl_Selesai
No_Pelanggan, Tgl_Pinjam → No_Property, Tgl_Selesai
No_Property, Tgl_ Pinjam → No_Pelanggan, Tgl_Selesai

Ketiga determinan dari relasi Biaya tersebut juga sebagai candidate key sehingga relasi Biaya tersebut juga telah memenuhi kriteria BCNF. Kita dapat saja melakuakan dekomposisi terhadap beberapa relasi untuk manjadi BCNF. Walaupun demikian tidak semua relasi perlu ditransformasi sampai ke BCNF.
Adakalanya suatu relasi sudah normal sampai uji normal ketiga (3-NF), dan tidak perlu lagi dilanjutkan untuk ke BCNF.

Akhirnya... selesai juga ngetike..
#KeseL#


Link Video Penjelasan Bentuk Normal Pertama oleh Mas Wachid Hasan

No comments:

Post a Comment